Keadaan yang tidak stabil dalam kelompok sosial akan menyebabkan konflik di dalamnya dan mengacaukan dinamika kelompok. Hal ini menjadi ancaman bagi keberhasilan pencapaian tujuan sebuah asosiasi dan perlu segera dilakukan analisis yang dapat menjadi dasar dalam penyelesaian masalah. Analisis terhadap dinamika kelompok sosial akan menunjukkan pergerakan yang terjadi di dalamnya melalui analisis perilaku kelompok dan anggotanya dalam mencapai tujuannya.
Mardikanto (1996) menyebutkan bahwa analisis dinamika kelompok dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan psikososial dan sosiologi.
Pendekatan psikososial adalah analisis dinamika kelompok yang dilakukan terhadap segala sesuatu yang akan berpengaruh terhadap perilaku anggota-anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok, sedangkan pendekatan sosiologis adalah analisis terhadap proses sistem sosial kelompok.
Melalui pendekatan psikososial unsur-unsur yang mempengaruhi dinamika kelompok adalah (1) tujuan kelompok; (2) struktur kelompok; (3) fungsi tugas; (4) pembinaan dan pengembangan kelompok; (5) kekompakan kelompok; (6) suasana kelompok; (7) tekanan pada kelompok; (8) keefektifan kelompok dan (9) agenda terselubung (Slamet, 2002). Unsur-unsur dinamika kelompok tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Tujuan kelompok
Menurut Purwanto dan Huraerah (2006) adalah hasil akhir yang diinginkan oleh semua anggota kelompok, sehingga harus jelas, karena akan sangat berpengaruh terhadap perilaku atau tindakan-tindakan anggota kelompok. Menganalisis seberapa jauh tujuan kelompok benar-benar telah dipahami dan dihayati oleh setiap anggota kelompok yang bersangkutan. Pemahaman dan penghayatan anggota terhadap tujuan kelompok dapat membuat anggota dapat berbuat sesuatu sesuai dengan kebutuhan kelompok. Tujuan kelompok harus mendukung tercapainya tujuan anggota Kelompok. Apabila tujuan kelompok mendukung tujuan anggotanya maka kelompok menjadi kuat dinamikanya (Cartwright dan Zander, 1968).
Tujuan kelompok ini akan menjadi suatu motivasi bagi anggota untuk melakukan kegiatan kelompok sehingga pencapaian tujuan tersebut akan lebih efektif. Menurut Slamet (2002) hubungan antara tujuan kelompok dan tujuan anggota mempunyai lima kemungkinan bentuk yaitu : (1) sepenuhnya bertentangan; (2) sebagian bertentangan; (3) netral; (4) searah dan (5) identik. Tujuan kelompok yang baik harus terkait/sama dengan tujuan anggota sehingga hasilnya dapat memberi manfaat kepada anggota.
2. Struktur Kelompok
Struktur kelompok adalah suatu bentuk hubungan antara individu-individu di dalam kelompok yang disesuaikan dengan posisi dan peranan masing-masing individu (Soedarsono, 2005). Struktur kelompok juga merupakan suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu-individu dalam kelompok yang sekaligus menggambarkan kedudukan dan peran masing-masing untuk mencapai tujuan kelompok. Ketidakjelasan mengenai struktur kelompok akan berakibat terhadap ketidakjelasan kedudukan, peran, hak, kewajiban dan kekuasaan masing-masing anggota, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak mungkin berjalan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. (Purwanto dan Huraerah 2006).
Sedangkan Gerungan (1972) menyatakan, struktur kelompok adalah susunan hirarkis mengenai hubungan-hubungan berdasarkan peran dan status antara masing-masing anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Cartwright dan Zander (1968), menyatakan bahwa struktur kelompok adalah bentuk hubungan antara individu di dalam kelompok, yang disesuaikan dengan posisi dan peranan masing-masing individu. Struktur kelompok dapat disusun secara formal, tetapi dapat pula secara informal.
Struktur kelompok dapat juga diartikan sebagai upaya kelompok mengatur dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Aspek-aspek yang paling penting menyangkut struktur kelompok adalah (1) struktur kekuasaan atau pengambilan keputusan; (2) struktur tugas atau pembagian kerja; (3) struktur komunikasi atau bagaimana aliran-aliran komunikasi yang terjadi dalam kelompok dan (4) wahana bagi kelompok untuk berinteraksi. Yang terpenting dalam struktur kelompok adalah terciptanya interaksi yang intensif di antara anggota kelompok (Slamet, 1978).
Struktur kelompok dapat juga diartikan sebagai upaya kelompok mengatur dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Aspek-aspek yang paling penting menyangkut struktur kelompok adalah (1) struktur kekuasaan atau pengambilan keputusan; (2) struktur tugas atau pembagian kerja; (3) struktur komunikasi atau bagaimana aliran-aliran komunikasi yang terjadi dalam kelompok dan (4) wahana bagi kelompok untuk berinteraksi. Yang terpenting dalam struktur kelompok adalah terciptanya interaksi yang intensif di antara anggota kelompok (Slamet, 1978).
Pada kelompok formal pembagian tugas, norma-norma dan mekanisme kerja disusun dengan jelas dan tertulis, sehingga semua anggota mengetahui. Pada kelompok yang strukturnya tidak ditetapkan secara formal dan tertulis, tetap memiliki dinamika sepanjang masing-masing anggota menyadari dan melaksanakan tugas dengan baik.
3. Fungsi tugas
Fungsi tugas adalah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh kelompok agar kelompok dapat menjalankan fungsinya sehingga tujuan kelompok dapat tercapai (Tuyuwale, 1990). Menurut Soedijanto (1981), fungsi tugas adalah segala hal yang harus dilakukan kelompok yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Sebagai seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok sesuai dengan kedudukannya dalam struktur kelompok, maka setiap orang harus memahami betul tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk tujuan kelompok.
Menurut Slamet (2002) maksud dari fungsi tugas adalah untuk memfasilitasi dan mengkoordinasi usaha-usaha kelompok yang menyangkut masalah-masalah bersama dan dalam rangka memecahkan masalah-masalah tersebut. Fungsi tugas itu meliputi : (1) fungsi memberi informasi; (2) fungsi menyelenggarakan koordinasi; (3) fungsi menghasilkan inisiatif; (4) fungsi mengajak untuk berpartisipasi dan (5) fungsi menjelaskan sesuatu kepada kelompok.
Untuk mengkaji fungsi tugas ini antara lain: (1) adanya kepuasan di kalangan anggota karena tercapainya tujuan-tujuan kelompok maupun tujuan pribadi; (2) para anggota selalu mendapatkan informasi baru sehingga mereka selalu dapat meningkatkan berbagai tujuan yang ingin dicapai dan dapat meningkatkan cara-cara untuk mencapainya tujuan tersebut; (3) kesimpangsiuran dapat di cegah karena ada koordinasi yang baik; (4) para anggota selalu bergairah untuk berpartisipasi karena selalu ada motivasi; (5) komunikasi di dalam kelompok baik dan lancar; (6) kelompok selalu memberikan penjelasan kepada anggotanya bila mereka menghadapi situasi yang membingungkan.
4. Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok,
Pembinaan dan pengembangan kelompok adalah segala macam usaha yang dilakukan kelompok dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan dirinya (Soedarsono, 2005). Unsur ini merupakan upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok atau upaya kelompok untuk berusaha memelihara tata kerja dalam kelompok, mengatur, memperkuat dan mengekalkan kelompok.
Lebih lanjut Tuyuwale (1990) mengatakan bahwa pembinaan dan pengembangan kelompok juga berarti usaha-usaha untuk menjaga kehidupan kelompok. Usaha-usaha untuk mempertahankan kehidupan kelompok dapat dilakukan dengan adanya (1) partisipasi dari semua anggota dalam kegiatan-kegiatan kelompok; (2) fasilitas untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelompok; (3) kegiatan-kegiatan yang memungkinkan setiap anggota untuk berpartisipasi; (4) pengawasan (kontrol) terhadap norma yang berlaku dalam kelompok; (5) sosialisasi, yaitu proses pendidikan bagi anggota baru agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok; dan (6) usaha-usaha untuk mendapatkan anggota baru demi kelangsungan hidup kelompok.
5. Kekompakkan kelompok
Kekompakan kelompok dapat diartikan sebagai rasa keterikatan anggota kelompok terhadap kelompoknya. Adanya kesamaan tindakan, kerjasama, kesadaran menjadi anggota, persamaan nasib, homogenitas perilaku, kesepakatan terhadap tujuan kelompok dan pengakuan terhadap kepemimpinan kelompok merupakan wujud dari rasa keterikatan tersebut.
Slamet (2002) menyatakan bahwa kekompakan kelompok adalah perasaan ketertarikan anggota terhadap kelompok atau rasa memiliki kelompok. Kelompok yang anggota-anggotanya kompak akan meningkatkan gairah bekerja sehingga para anggota lebih aktif dan termotivasi untuk tetap berinteraksi satu sama lain. Kekompakan kelompok dipengaruhi oleh besarnya komitmen para anggota. Komitmen ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: (1) kepemimpinan kelompok; (2) keanggotaan kelompok; (3) homogenitas kelompok; (4) tujuan kelompok; (5) keterpaduan atau integrasi; (6) kerjasama atau kegiatan kooperatif dan (7) besarnya kelompok (Soedijanto, 1981).
6. Suasana kelompok
Suasana kelompok meliputi suasana hati atau irama atau perasaan yang terdapat didalam kelompok, di mana keadaan fisik dimana kelompok itu berada sangat penting dalam menumbuhkan suasana kelompok., yaitu lingkungan fisik dan nonfisik (emosional) yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota kelompok terhadap kelompoknya. Seperti dinyatakan Beal, Bohlen dan Raudabaugh dalam Tuyuwale (1990) suasana tersebut dapat berupa keramahtamahan, kesetiakawanan, kebebasan bertindak dan suasana fisik seperti kerapihan, keteraturan dan sebagainya.
Slamet (1978) menyebutkan bahwa suasana kelompok menyangkut keadaan moral, sikap, dan perasaan-perasaan yang umum terdapat dalam kelompok. Indikatornya suasana kelompok ini dapat dilihat pada sikap anggota, mereka bersemangat atau sebaliknya apatis terhadap kegiatan dan kehidupan kelompok. Kelompok menjadi semakin dinamis jika anggota kelompok semakin bersemangat dalam kegiatan dan kehidupan kelompok. Suasana kelompok dipengaruhi oleh berbagai hal di antaranya adalah hubungan antara para anggota kelompok, kebebasan berpartisipasi dan lingkungan fisik.
7. Tekanan kelompok
Tekanan pada kelompok dapat bersumber dari dalam maupun dari luar kelompok dan dapat menimbulkan ketegangan pada kelompok. Menumbuhkan tekanan pada kelompok harus cermat dan tepat, sehingga dapat menumbuhkan kedinamisan kelompok untuk menimbulkan dorongan ataupun motivasi dalam mencapai tujuan kelompok. Tekanan atau ketegangan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok. Fungsi tekanan pada kelompok (group pressure) adalah membantu kelompok mencapai tujuan, mempertahankan dirinya sebagai kelompok, membantu anggota kelompok memperkuat pendapatnya serta memantapkan hubungan dengan lingkungan sosialnya.
Tekanan yang berasal dari luar dapat muncul sendiri atau dicari dalam bentuk tantangan untuk peningkatan prestasi atau kritik dari luar kelompok. Cartwright dan Zander (1968), menyatakan bahwa kelompok dapat memberikan tekanan kepada para anggotanya melalui nilai-nilai tertentu yang mengikat perilaku anggota dalam kehidupan berkelompok. Semakin dirasakan sistem penghargaan ataupun hukuman karena permintaan atau pelanggaran terhadap nilai-nilai tersebut, akan semakin dirasakan tekanan pada kelompok.
8. Keefektifan kelompok
Efektifitas kelompok adalah keberhasilan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan cepat dan berhasil baik serta memuaskan bagi setiap anggota kelompok dalam rangka mencapai tujuan berikutnya (Soedarsono, 2005). Keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya yang dapat dilihat pada tercapainya kedaaan atau perubahan yang memuaskan anggotanya.Efektifitas kelompok mempunyai pengaruh timbal balik dengan kedinamisan kelompok. Kelompok yang efektif mempunyai tingkat dinamika yang tinggi, sebaliknya kelompok yang dinamis akan efektif mencapai tujuan-tujuannya
Efektivitas juga dapat dilihat dari segi produktifitas, moral dan kepuasan anggota. Tercapainya tujuan kelompok dapat digunakan sebagai ukuran produktifitas kelompok; semangat dan sikap anggota dipakai sebagai ukuran moral; dan keberhasilan anggota mencapai tujuan pribadi digunakan sebagai ukuran kepuasan anggota. Semakin berhasil kelompok mencapai tujuannya, semakin bangga anggota berasosiasi dengan kelompok itu dan semakin puas anggota karena tujuan pribadinya tercapai.
9. Agenda Terselubung
Efektivitas juga dapat dilihat dari segi produktifitas, moral dan kepuasan anggota. Tercapainya tujuan kelompok dapat digunakan sebagai ukuran produktifitas kelompok; semangat dan sikap anggota dipakai sebagai ukuran moral; dan keberhasilan anggota mencapai tujuan pribadi digunakan sebagai ukuran kepuasan anggota. Semakin berhasil kelompok mencapai tujuannya, semakin bangga anggota berasosiasi dengan kelompok itu dan semakin puas anggota karena tujuan pribadinya tercapai.
9. Agenda Terselubung
Mardikanto (1993), menyatakan bahwa agenda atau maksud tersembunyi adalah emosional berupa perasaan, konflik, motif, harapan, aspirasi dan pandangan yang tidak terungkap yang dimiliki oleh anggota kelompok. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok yang diketahui oleh semua angotanya, tetapi tidak dinyatakan secara tertulis. Agenda terselubung merupakan perasaan yang terpendam, baik di dalam diri anggota maupun di dalam kelompok. Agenda terselubung juga bisa berupa keinginan-keinginan yang ingin dicapai oleh kelompok, tetapi tidak dinyatakan secara formal (tertulis). Terpenuhinya agenda terselubung anggota akan mendorong semakin aktifnya anggota kelompok dalam melaksanakan tugas dan kegiatan kelompok yang akan mendorong semakin dinamisnya suatu kelompok.
PENGETAHUAN TAMBAHAN
0 komentar:
Post a Comment