Jarir bin Abdullah ra. mengisahkan, beberapa orang Arab pedalaman datang kepada Rasulullah Saw. dengan mengenakan pakaian lusuh dan kumal. Melihat kondisi mereka, beliau merasa iba. Lalu Nabi Saw. mengimbau para sahabat untuk membantu mereka. Namun, tak seorang pun yang bergerak untuk merespons ajakan beliau.
Tiba-tiba seorang pria Anshar bangkit dan memberikan sejumlah uang sedekah. Inisiatif baik pria Anshar tersebut lalu diikuti oleh yang lain, hingga banyak sahabat ikut memberikan sedekah. Wajah Rasulullah Saw. tampak bahagia. Lalu beliau bersabda, “Siapa yang memberi teladan kebaikan dalam Islam, lalu diikuti oleh orang lain, maka untuknya pahala, dan pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun pahala yang mereka peroleh. Sebaliknya, siapa yang memberi contoh keburukan dalam Islam, lalu diikuti oleh orang lain, maka baginya dosa, dan dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa yang mereka peroleh”. (HR Muslim).
Hadits ini menggambarkan bahwa pahala dan dosa yang dilakukan seseorang ternyata tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, tapi juga pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam Islam, dampak pahala dan dosa menganut sistem Multi Level Marketing (MLM). Artinya, orang pertama yang melakukan kebaikan akan mendapat pahala berlipat ganda jika aktivitas kebaikannya itu diikuti orang lain. Begitu pula dengan perbuatan dosa.
Di sinilah rahasia sabda Rasulullah Saw. tentang kualitas iman Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra., “Jika ditimbang iman Abu Bakar dibanding dengan iman umat ini, maka akan lebih berat iman Abu Bakar.” Sebabnya adalah ketika orang lain mendustakan Rasulullah Saw., Abu Bakar selalu membenarkannya. Banyak sahabat Rasul Saw. yang beriman karena dakwah Abu Bakar. Bahkan Abu Bakar selalu menjadi lokomotif kebaikan, sampai-sampai sahabat lain tak mampu menandinginya. Dengan pahala yang sangat besar itu, Abu Bakar termasuk salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga.
Orang-orang yang menjadi lokomotif kebaikan juga berpeluang besar mendapatkan ampunan dan permaafan dari Allah Swt. seandainya mereka -- dengan tidak disengaja atau dalam keadaan sangat terpaksa -- berbuat maksiat. Inilah yang terjadi pada Hatib bin Abi Balta’ah yang mendapat ampunan dan permaafan dari Allah Swt. dan Rasul-Nya ketika ia lalai membocorkan strategi Fathu Makkah kepada para pembesar kafir Quraisy akibat tekanan psikologis yang sangat berat. Allah Swt. dan Rasul-Nya memaafkan kekeliruan Hatib lantaran ia termasuk ahlul Badar.
Islam menyuruh kita agar selalu berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Setiap Muslim dapat memulainya di lingkungan keluarga, di kantor tempat bekerja, atau di tempat apa saja di mana benih-benih kebaikan dapat ditebar agar tumbuh menjadi pohon-pohon kebaikan yang dapat menghasilkan buah bermanfaat. Wallahu a’lam.
Oleh Syamsu Hilal
0 komentar:
Post a Comment