Pemimpin.
Ketika kita mendengar kata pemimpin, apa yang terbayang di benak kita? Apakah itu sebuah kata yang tidak perlu untuk dikaji lagi artinya, sedangkal paham bahwa pemimpin adalah elitis yang berkuasa dan senantiasa dipuja, atau sebenarnya kata pemimpin memiliki arti yang lebih dalam lagi maknanya? Lalu, bagaimana pandangan islam akan seorang pemimpin sejati?
Agar kita dapat mengetahui kriteria pemimpin sejati menurut Islam, tentunya kita harus tahu terlsebih dahulu mengetahui, apa itu arti seorang pemimpin. Pemimpin adalah orang yang melakukan atau menjalankan roda kepemimpinan, dimana kepemimpinan itu sendiri adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.[1]Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukannya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.[2]Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari perannya memberikan pengajaran/instruksi.[2]
Saat ini, pada umumnya kita secara psikologis memiliki empat pola pikir dalam menentukan kelayakan seseorang menjadi pemimpin, yaitu:
wibawa kepemimpinan yang tercermin dalam pembawaan keseharian
Jaringan/link yang luas
Menjadi inspirasi banyak orang atas kerja-kerja yang ia lakukan
Memiliki basis massa yang kuat untuk mendukungnya dalam menjalankan kepemimpinan
Namun, pertanyaannya, apakah hanya dengan alur berpikir di atas saja, hanya dengan melihat yang tampak oleh mata saja, lantas kita sudah cukup untuk menentukan kelayakan seseorang menjadi pemimpin?Lantas seperti apa kriteria pemimpin yang baik menurut kita sebagai orang islam?
Untuk figur pemimpin sejati, tentunya tidak ada contoh yang lebih sempurna lagi akan seorang pemimpin selain sosok sang uswah hasanah (suri tauladan yang baik), Rasulullah SAW, yang memiliki sifat sidiq, amanah, fathonah, dan tabligh. Sidiq berarti memiliki integritas, amanah berarti dapat bergerak bersama dan menjalankan tugasnya serta dapat dipercaya, fathonah berarti cerdas sehingga dapat mengarahkan apa yang ia pimpin, dan tabligh adalah pemimpin dapat menyampaikan visinya dengan baik. Pemimpin itu tentunya juga harus bisa menjadi teladan bagi yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang baik juga tidak lagi memikirkan manfaat atau keuntungan apa yang dia dapat eksplorasi dari apa yang ia pimpin untuk kepentingan pribadi, namun ia akan berusaha segenap untuk mencontoh dan memenuhi gambaran pemimpin ideal menurut kriteria yang diajarkan Rasulullah SAW.
Prof. Kuntowijoyo juga mengemukakan tiga prinsip yang harus dimiliki oleh pemimpin yang ideal, yaitu :
1. Ta’muruna bil ma’ruf, memanusiakan manusia-humanisme (menggali potensi yang dimiliki orang-orang yang dipimpinnya.
2. Tan hauna anil munkar, mempunyai misi untuk terbebas dari keterpurukan mental maupun sosial (misalnya ekonomi, dll).
3. dan Tu’minuna billah, punya misi untuk lebih dekat kepada Allah – transedensi
Kita sebagai umat Islam memiliki Al-quran sebagai petunjuk hidup kita. Dalam memilih pemimpin yang baik dan benar, tentunya petunjuk yang benar adalah yang Allah beri tahukan lewat Al-Quran. Di dalam Al-Quran sendiri terdapat parameter-parameter pemimpin yang baik, diantaranya termaktub di surat Ali-Imron ayat 110 yang artinya
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah… “
Kemudian, syarat pemimpin yang baik menurut Al-Quran yang lainnya terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 247 dimana pemimpin haruslah tak hanya memiliki kekuatan jasmani tapi juga rohani, surat Yusuf ayat 55 bahwa pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menjaga dan berilmu, surat Al-Qashash ayat 27-28 bahwa pemimpin harus kuat dan dapat dipercaya, serta surat Al-Baqarah ayat 224 dimana pemimpin harus berkemampuan untuk mengkader dan memiliki orang kepercayaan yang dapat diandalkan.
Lalu, bagaimana dengan pemimpin yang tidak mencerminkan sifat yang diajarkan dalam Al-Quran, khususnya surat Ali-imron ayat 110, yang tidak menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah yang mungkar? Atau mungkin seorang pemimpin yang idealismenya hanya terbatas pada konsep prematur buatan manusia, namun tidak lagi mengindahkan apa yang telah diajarkan oleh Islam? Kemudian, yang menjadi pertanyaan, bagaimana sikap kita akan hal tersebut?
Tentunya bila dikembalikan lagi pada idealisme keislaman yang kita punya, dengan membandingkannya kembali pada Al-Quran dan Sunnah, tentu bukan hal yang sulit untuk menjawab, apakah seorang itu layak menjadi pemimpin atau tidaknya. Tanggung jawab pemimpin dalam menegakkan yang benar dan menyingkirkan yang batil, tak akan terlaksana bila pemimpin itu sendiri tak punya pijakan konsep yang kuat, mana yang benar, dan mana yang batil. Amanah seorang pemimpin untuk mencontohkan yang makruf dan melarang dari yang mungkar kepada siapa yang ia pimpin, sulit terlaksana bila pemimpin itu sendiri tak memiliki ilmu yang cukup untuk menjadi dasar ia menentukan, mana sebenarnya yang makruf, dan mana sebenarnya yang munkar. Visi besar umat untuk bangkit dari keterpurukan, merangkak, berdiri, lalu ikut berlari menyongsong kemenangan, tak akan tercapai bila pemimpinnya sendiri terkukung oleh berbagai kesibukan jangka pendek, tujuan-tujuan parsial, namun buta akan visi yang lebih besar, namun tak memiliki mimpi akan kembalinya kejayaan.
Ya, kejayaan kita memang telah dijanjikan, dikatakan langsung oleh Rasul sang utusan. Kemenangan kita tak dapat dipungkiri lagi, pasti ia akan datang. Rombongan figur pemimpin yang dirindukan akan segera kembali memimpin dunia, bekerja semata demi ridha, kemaslahatan, dan kejayaan. Pertanyaannya, apakah kita akan termasuk menjadi bagian golongan penjemput kejayaan itu, para pemimpin yang kuat kerja, tekad, dan mimpinya? Atau kita hanya akan menjadi penonton, yang duduk termangu tanpa banyak berlaku, atau bahkan kita lebih memilih berada di golongan penghalang yang akan terlibas oleh jawaban zaman?
Kita sendirilah yang menentukan hal tersebut. pemimpin bukanlah sebutan bagi seseorang yang menduduki suatu jabatan tertentu, lalu ia bekerja tanpa arah. Pemimpin adalah ia yang teguh dalam mengemban amanah, baik itu ringan maupun amat berat, sebuah tanggung jawab yang tidak akan pernah dibebankan kepada orang lemah yang tidak mampu memikulnya. Seorang pemimpin yang sedari awal telah menyiapkan banyak perbekalan, jasad dan ruhiyah yang kuat, sosok yang amanah, ilmu yang dalam, jiwa kader yang kokoh, lingkungan manusia terbaik yang akan terus saling menyokong dan bekerja sama, serta tujuan, visi, dan mimpi, yang akan menjadi pedoman, ke arah mana ia akan mengajak orang untuk mengikutinya berjalan.
Jadi, apa kata kita tentang seorang pemimpin?
[2] John Adair, “Cara Menumbuhkan Pemimpin”, Gramedia Pustaka Utama
Notulensi ITB Fresh Time tanggal 20 Maret 2013
0 komentar:
Post a Comment